Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu di Indonesia


Perkembangan Hindu (Hinduisme) di India berkaitan dengan sistem kepercayaan bangsa Arya yang masuk ke India pada 1500 SM. Mereka masuk ke India melalui Celah Khyber dan menggantikan posisi bangsa Dravida dan Munda yang menguasai India. Bangsa Arya berasal dari daratan Eropa, mengembangkan sistem kepercayaan yang menyembah banyak dewa. Misalnya, Agni (dewa api), Indra (dewa halilintar dan perang), dan Rudra (dewa pemanah yang menyebarkan bencana dan penyakit dengan cara melepaskan anak panahnya ke sembarang orang).

Upacara persembahan merupakan bagian terpenting dari agama bangsa Arya. Kemudian, secara bertahap terjadi pembakuan tata cara persembahan atau upacara keagamaan oleh golongan pendeta (Brahmana). Para pendeta mementingkan ketepatan tata cara upacara keagamaan. Mereka yakin, upacara keagamaan yang benar akan mendorong para dewa mengabulkan doa para penyembahnya. Monopoli tata cara upacara keagamaan oleh kaum Brahmana, menimbulkan istilah Brahmaisme.


Sistem yang dikembangkan bangsa Arya adalah sistem kasta. Pada awalnya, sistem kasta bertujuan membedakan bangsa Arya dengan penduduk asli, untuk menandai kelahiran, dan kekerabatan. Sistem ini berkembang dan membedakan masyarakat berdasarkan fungsinya. Ada empat kelompok utama dalam masyarakat India berdasarkan sistem tersebut, yaitu kaum Brahmana (para pendeta), kaum Ksatria (para bangsawan), kaum Waisya (para petani dan pedagang), dan kaum Sudra (para pelayan atau buruh). Dengan demikian, Hinduisme adalah perpaduan antara keyakinan keagamaan yang suci dan kelas sosial yang mempunyai hukum moral.

Bangsa Arya dan bangsa India percaya kepada banyak dewa. Di antara banyak dewa tersebut, terdapat tiga dewa utama yang disebut Trimurti, yaitu Brahma atau dewa pencipta, Wisnu atau dewa pelindung dan pemelihara, serta Syiwa atau dewa pencipta dan pelebur.

Perkembangan Agama dan Kebudayaan
Sekitar abad ke-5 SM muncul agama Buddha (Buddhisme) yang lahir sebagai reaksi terhadap Hinduisme. ‘’Buddha’’ berarti ‘’Dia yang tercerahkan.’’ Agama ini kali pertama dikembangkan oleh Siddharta Gautama (563–483 SM). Inti ajaran yang dibawa oleh Siddharta Gautama adalah Delapan Ruas Jalur Utama. Siddharta mengajarkan pengendalian diri dan usaha yang bersifat individual pada setiap manusia untuk mencapai nirwana. Golongan yang sangat ketat menjaga disiplin dan hidup dalam biara disebut sangha, yang terdiri atas biksu (laki-laki) dan biksuni (perempuan).

Selama 45 tahun, Buddha menyebarkan ajaran agamanya. Ketika usianya 80 tahun, sang Buddha meninggal di Kusinagara. Tempat ini kini menjadi salah satu tempat ziarah penting bagi penganut Buddhisme selain Taman Rusa di Sarnath (dekat Kota Benares) tempat beliau kali pertama memberikan wejangan, Kapilawastu tempat Siddharta terlahir, dan Bodhgaya tempat Siddharta mencapai bodhi (pencerahan).

Saat ini agama Buddha tersebar ke seluruh dunia dengan beragam sekte atau aliran. Dua alirannya yang besar, yaitu Hinayana dan Mahayana. Aliran Hinayana atau Theravada meyakini jalan terbaik untuk terbebas dari karma dan mencapai nirwana adalah melalui aturan yang ketat. Penganut aliran ini tersebar di Asia Selatan dan Asia Tenggara (India, Srilanka, Myanmar, Thailand, dan Kamboja). Aliran Mahayana lebih liberal, artinya ajaran Buddha cocok untuk semua orang. Ajaran ini tersebar di Asia Timur (Jepang, Cina, dan Korea) juga Vietnam (Asia Tenggara). Penganutnya percaya semua orang dapat menjadi Buddha dan terbebas dari samsara serta karma dengan cara bekerja keras dan bekerja sama.

Masuk dan Berkembangnya Hindu-Buddha di Indonesia
Sebelum pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, telah terjadi perdagangan antara India, Asia Tenggara (termasuk Indonesia), dan Cina. Barang-barang yang diperdagangkan, antara lain tenunan, logam mulia, perhiasan, keramik, kayu cendana, cengkih, lada, dan kapur barus.

Namun demikian, tidak diketahui secara pasti mengenai kapan, siapa yang membawa, dan bagaimana proses masuk, dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Berikut beberapa teori tentang masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.


a. Teori Waisya
Teori Waisya merujuk pada peranan para pedagang India dalam penyebaran agama dan kebudayaan

Hindu-Buddha di Indonesia yang diikuti dengan proses perkawinan antara pedagang India dan wanita pribumi. Teori yang dikemukakan oleh N.J. Krom ini banyak dianut oleh para ahli.

b. Teori Ksatria
Teori Ksatria dikemukakan oleh C.C. Berg yang menyatakan bahwa Indonesia pernah menjadi koloni bangsa India. Golongan yang melakukan kolonisasi tersebut adalah golongan Ksatria. Berdasarkan kolonisasi ini, secara tidak langsung agama dan kebudayaan Hindu-Buddha mulai masuk ke wilayah Indonesia.

c. Teori Brahmana
Teori Brahmana dikemukakan oleh van Leur sebagai reaksi terhadap Teori Waisya dan Teori Ksatria. Teori ini merujuk pada peranan golongan Brahmana India yang datang atas undangan para penguasa Indonesia untuk menyebarkan agama Hindu. Van Leur menyebutkan bahwa kontak penguasa Indonesia dengan penguasa India terjadi berkat hubungan dagang. Dalam kontak tersebut, banyak orang Indonesia yang datang ke India untuk belajar.

d. Teori Arus Balik
Teori Brahmana mendapat dukungan dari F.D.K. Bosch yang mengajukan Teori Arus Balik. Teori ini menekankan pada peranan bangsa Indonesia dalam proses penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Menurut teori ini, penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia dilakukan oleh para cendekiawan melalui proses penyebaran yang terjadi dalam dua tahap, yaitu sebagai berikut.

1) Proses penyebaran dilakukan golongan pendeta Buddha atau para biksu ke seluruh Asia termasuk Indonesia melalui jalur dagang. Proses penyuburan dilakukan para biksu, kemudian membentuk masyarakat sangha.
2) Proses penyebaran dilakukan golongan Brahmana van Leur ialah tokoh pencetus Teori Brahmana. terutama dari aliran Saiva-Siddhanta. F.D.K. Bosch berpendapat bahwa golongan Brahmana seperti ini banyak diundang ke Indonesia untuk melakukan upacara vratyastoma, yaitu upacara penghinduan seseorang.

Berdasarkan beberapa teori tersebut, diperoleh gambaran bahwa hubungan dagang menyebabkan terjadinya proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Selain itu, dapat disimpulkan bahwa agama dan kebudayaan Hindu-Buddha berkembang kali pertama di antara golongan elit di sekitar istana. Dari golongan elit kuno Indonesia inilah sebagian masyarakat golongan bawah mendapatkan ajaran Hindu-Buddha. Sebagian lainnya melakukan kontak langsung dengan para pedagang India melalui jalur perdagangan.

Daerah yang Dipengaruhi dan Tidak
Dipengaruhi Hindu-Buddha di Indonesia Berdasarkan peninggalan-peninggalan Hindu-Buddha yang ditemukan di Indonesia, seperti prasasti, naskah kuno, arca, istana, makam, dan bangunan candi, dapat diketahui beberapa daerah di Indonesia yang dipengaruhi dan tidak dipengaruhi oleh unsur-unsur agama dan kebudayaan Hindu-Buddha sampai abad ke-14 M.

Daerah yang dipengaruhi oleh Hindu-Buddha adalah Kalimantan dengan ditemukannya Prasasti Kutai di Kalimantan Timur, Jawa Barat dengan ditemukannya prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang dapat diketahui dari banyaknya peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, Kediri, Singhasari, dan Majapahit. Di Sumatra, pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha dapat dilihat dari prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Adapun berdasarkan Prasasti Bali, pengaruh Hindu-Buddha di Bali sudah dimulai pada abad ke-8 M. Adapun di Sulawesi, ditemukan arca Buddha yang terbuat dari perunggu.


1 Response to "Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu di Indonesia"

  1. Agama Hindu perlu menjadi teladan dan panutan di Indonesia

    ReplyDelete